Kening Dina mengkerut
di jam pelajaran pertama. Sesekali ia memegang perutnya dan merintih kesakitan.
Ia sangat lapar!. Padahal, kantin di sekolah ini tidak ada makanan sama sekali
karena semua jualan sudah habis, yang ada hanya air. Di tengah kesakitannya, ia
berharap waktu pembagian snack sebentar lagi, hingga ia tidak perlu lama-lama
menahan laparnya.
Jam istirahat
sekolah berbunyi. Dina segera mengambil air wudu secepat kilat, dan segera
memakai mukenanya, kemudian ia segera salat berjamaah. Setelah itu, ia berlari
menuju kantin dan mencari snack jatah kelasnya.
Matanya melotot,
mulutnya menganga, diam seperti patung. Snack untuk kelasnya tidak ada. Dina
hanya bisa tersenyum pahit matanya berair menahan kelaparan dengan ingus yang
keluar perlahan. Perih..
Yah..
beginilah sekolahnya.
“Ini untukmu…”
Dina menoleh, oh, Asma menyodorkan roti.
“Kau telah
menyelamatkan hidupku!” ucap Dina sedikit histeris.
“Lebay deh…”
koar Asma pelan.
Dina bersyukur,
di sekolah, banyak teman yang sangat baik kepadanya, sekolah bukan hanya
mencerdaskan otaknya, tapi, banyak sahabat yang ditemukannya.
“Alhamdulillah
ya Allah…” Dina bersyukur sambil tersenyum menatap langit.
By: Jasmine F
Tsani
(Siswi SMP
Techno Insan Kamil)